KELAS MAJAS
Oleh
Rahayu Yulistia
1.
Personifikasi:
Benda (hidup/mati) selain manusia, tetapi bertingkah
seperti
manusia.
Contoh:
Sore itu, angin membelai mesra rambutku.
2.
Asosiasi:
Perumpamaan yang utuh/lengkap
Contoh:
Dia jenius seperti Habibie
3.
Simile:
Perumpamaan tidak langsung
Contoh:
Dia seperti Habibie
4.
Metafora:
Perumpamaan langsung
Contoh:
Dialah Habibieku
5.
Hiperbola:
Berlebihan (lebay)
Contoh:
Malam itu, dia menangis menganak sungai.
6.
Litotes:
Merendahkan diri dengan pernyataan/penggambaran yang tidak
sesuai dengan kenyataan
sebenarnya (Hiperbola Negatif).
Contoh:
Perjuanganku hanyalah setetes air dalam lautan luas.
7.
Eufemisme:
Ungkapan pelembut (sopan santun)
Contoh:
Karena melakukan kesalahan, pegawai
itu dibebastugaskan dari perusahaan
tempatnya bekerja.
8.
Metonimia:
Menyebutkan merk dagang dalam menjelaskan/menyatakan
sesuatu yang digunakan
atau dikerjakan.
Contoh:
kemarin sore, aku terbang ke Bali
dengan Garuda.
(Garuda adalah merk pesawat)
9.
Antonomasia:
Sebutan atau nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri
khas/sifat menonjol
yang dimilikinya.
Contoh:
Si Kumis dan Si Jangkung sedang makan malam bersama.
10. Sinekdoke Pars Prototo:
Sebagian untuk seluruh
Contoh:
Ale membeli dua ekor sapi.
11. Sinekdoke Totem
Proparte: Seluruh untuk sebagian
Contoh:
Prancis berhasil menjuarai Piala
Dunia 2018.
MAJAS SINDIRAN
1.
Ironi:
Menyindir dengan lembut
Contoh:
Rapi sekali tulisanmu hingga aku tak dapat membacanya.
2.
Sinisme:
Menyindir dengan kasar
Contoh:
Itukah yang kau sebut perjuangan?
3.
Sarkasme:
menyindir dengan sangat kasar
Contoh:
Otakmu memang otak udang!
MAJAS PERTENTANGAN
1. Kontradiksi Interminis:
Pengecualian pada sesuatu yang
dijelaskan
secara menyeluruh.
Contoh:
Semua peserta didik kelas ini hadir,
kecuali si
Budi
karena sedang sakit.
2. Antitesis:
Menggambarkan sesuatu dengan memadukan kata yang
berlawanan.
Contoh:
Tua muda, putra-putri, semua menuju mesjid untuk
menunaikan
Sholat Idul Adha.
3. Anakronisme:
Menggambarkan sesuatu yang tidak logis dan tidak
sesuai dengan
zamannya.
Contoh:
Setelah dilahirkan, bayi itu lantas
bicara dengan ibunya.
4. Paradoks:
Menggambarkan sesuatu seakan-akan bertentangan karena
objeknya
yang berlainan.
Contoh:
Hatiku sunyi tinggal di Kota Jakarta
yang ramai.
5. Okupasi:
Menggambarkan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian
diberikan
penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh:
Merokok merusak kesehatan, tetapi si perokok tak
dapat menghentikan kebiasaannya hingga munculah
pabrik pabrik rokok karena untungnya banyak.
1.
Interupsi:
Penekanan kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Dia yang sepuluh tahun bekerja di
sini belum pernah
dinaikkan gaji.
2.
Ekslamasio:
Pemakaian kata-kata seru
Contoh:
Amboi, indahnya pantai ini!
3.
Enumerasio:
Menggambarkan beberapa peristiwa untuk membentuk
satu kesatuan
yang dituliskan satu per satu agar tiap-tiap
peristiwa dalam keseluruhannya tampak
jelas.
Contoh:
Angin berhembus, lalu tenang, dan bulan memancar
lagi.
4.
Praeterito:
Meyembunyikan sesuatu dalam sebuah penggambaran.
Contoh:
Tak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa
penyebab masalah
ini.
5.
Koreksio:
Mengoreksi kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik
disengaja,
maupun tidak disengaja.
Contoh:
Hari ini Tini sakit ingatan, eh...
maaf, sakit kepala
maksudnya.
6.
Retoris:
Kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh:
Mungkinkah orang mati hidup kembali?
7.
Klimaks:
Menyatakan beberapa hal secara berturut-turut dengan
menggunakan
urutan kata-kata yang makin lama makin
memuncak
pengertiannya.
Contoh:
Anak-anak, remaja, dewasa datang
menyaksikan film
“Habibie
Ainun” di XXI.
8.
Antiklimaks:
Menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan
menggunakan
urutan kata-kata yang makin lama makin
menurun pengertiannya.
Contoh:
Jangankan sejuta, seribu, atau seratus, serupiah pun
aku
tak punya.
9.
Tautologi:
Penggunaan kata-kata bersinonim untuk mempertegas arti.
Contoh:
Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.
10.
Repetisi:
Pengulangan kata yang biasanya digunakan dalam pidato.
Contoh:
Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia
sebagai
pelindung, kita junjung dia sebagai
pembebas
kita.
11.
Asindenton:
Menyebutkan beberapa benda, hal, keadaan secara
berturut-turut
tanpa memakai konjungsi.
Contoh:
Buah, sayuran, lauk-pauk,
dibelinya di pasar itu.
12.
Polisindenton:
Menyebutkan beberapa benda, hal, keadaan secara
berturut-turut dengan memakai konjungsi.
Contoh:
Buah, sayuran, dan lauk pauk
dibelinya di pasar itu.
13.
Pleonasme:
Penggunaan kata yang sebenarnya tidak diperlukan karena
maknanya sudah
terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh:
Salju putih sudah mulai turun ke bawah.
14.
Simetri:
Penggunaan satu kata, kelompok kata, atau kalimat yang
diikuti
oleh kata, kelompok kata, atau kalimat yang seimbang
artinya dengan yang pertama.
Contoh:
Aku berjalan tergesa-gesa seperti
orang dikejar anjing
gila.
15.
Pararelisme
Ø Anafora:
Pengulangan di awal kalimat
Contoh:
Kaulah senyumku
Kaulah
bahagiaku
Kaulah hidupku
Ø Epifora:
Pengulangan di akhir kalimat
Contoh:
Kalau kau meminta, aku akan pergi.
Jika kau kehendaki, aku akan pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar