Selasa, 21 Juli 2020

KELAS MAJAS


KELAS MAJAS
Oleh Rahayu Yulistia

 MAJAS PERBANDINGAN

1.         Personifikasi: Benda (hidup/mati) selain manusia, tetapi bertingkah
seperti manusia.
Contoh: Sore itu, angin membelai mesra rambutku.

2.         Asosiasi: Perumpamaan yang utuh/lengkap
Contoh: Dia jenius seperti Habibie

3.         Simile: Perumpamaan tidak langsung
Contoh: Dia seperti Habibie

4.         Metafora: Perumpamaan langsung
Contoh: Dialah Habibieku

5.         Hiperbola: Berlebihan (lebay)
Contoh: Malam itu, dia menangis menganak sungai.

6.         Litotes: Merendahkan diri dengan pernyataan/penggambaran yang tidak
sesuai dengan kenyataan sebenarnya (Hiperbola Negatif).
Contoh: Perjuanganku hanyalah setetes air dalam lautan luas.

7.         Eufemisme: Ungkapan pelembut (sopan santun)
Contoh: Karena melakukan kesalahan, pegawai itu dibebastugaskan dari perusahaan tempatnya bekerja.

8.         Metonimia: Menyebutkan merk dagang dalam menjelaskan/menyatakan
sesuatu yang digunakan atau dikerjakan.
Contoh: kemarin sore, aku terbang ke Bali dengan Garuda.
               (Garuda adalah merk pesawat)

9.         Antonomasia: Sebutan atau nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri
khas/sifat menonjol yang dimilikinya.
Contoh: Si Kumis dan Si Jangkung sedang makan malam bersama.

10.     Sinekdoke Pars Prototo: Sebagian untuk seluruh
Contoh: Ale membeli dua ekor sapi.

11.     Sinekdoke Totem Proparte: Seluruh untuk sebagian
Contoh: Prancis berhasil menjuarai Piala
Dunia 2018.

 MAJAS SINDIRAN

1.         Ironi: Menyindir dengan lembut
Contoh: Rapi sekali tulisanmu hingga aku tak dapat membacanya.

2.         Sinisme: Menyindir dengan kasar
Contoh: Itukah yang kau sebut perjuangan?

3.         Sarkasme: menyindir dengan sangat kasar
Contoh: Otakmu memang otak udang!


MAJAS PERTENTANGAN

1.      Kontradiksi Interminis: Pengecualian pada sesuatu yang
dijelaskan secara menyeluruh.
Contoh: Semua peserta didik kelas ini hadir, kecuali si
   Budi karena sedang sakit.

2.      Antitesis: Menggambarkan sesuatu dengan memadukan kata yang
berlawanan.
Contoh: Tua muda, putra-putri, semua menuju mesjid untuk
   menunaikan Sholat Idul Adha.

3.      Anakronisme: Menggambarkan sesuatu yang tidak logis dan tidak
 sesuai dengan zamannya.
Contoh: Setelah dilahirkan, bayi itu lantas bicara dengan ibunya.

4.      Paradoks: Menggambarkan sesuatu seakan-akan bertentangan karena
objeknya yang berlainan.
Contoh: Hatiku sunyi tinggal di Kota Jakarta yang ramai.

5.      Okupasi: Menggambarkan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian
    diberikan penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh: Merokok merusak kesehatan, tetapi si perokok tak
  dapat menghentikan kebiasaannya hingga munculah
   pabrik pabrik rokok karena untungnya banyak.


 MAJAS PENEGASAN

1.      Interupsi: Penekanan kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: Dia yang sepuluh tahun bekerja di sini belum pernah
   dinaikkan gaji.

2.      Ekslamasio: Pemakaian kata-kata seru
Contoh: Amboi, indahnya pantai ini!

3.      Enumerasio: Menggambarkan beberapa peristiwa untuk membentuk
     satu kesatuan yang dituliskan satu per satu agar tiap-tiap
     peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas.
Contoh: Angin berhembus, lalu tenang, dan bulan memancar
   lagi.

4.      Praeterito: Meyembunyikan sesuatu dalam sebuah penggambaran.
Contoh: Tak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa
   penyebab masalah ini.

5.      Koreksio: Mengoreksi kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik
disengaja, maupun tidak disengaja.
Contoh: Hari ini Tini sakit ingatan, eh... maaf, sakit kepala
   maksudnya.

6.      Retoris: Kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh: Mungkinkah orang mati hidup kembali?

7.      Klimaks: Menyatakan beberapa hal secara berturut-turut dengan
            menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin
memuncak pengertiannya.
Contoh: Anak-anak, remaja, dewasa datang menyaksikan film
“Habibie Ainun” di XXI.

8.      Antiklimaks: Menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan
      menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin
      menurun pengertiannya.
Contoh: Jangankan sejuta, seribu, atau seratus, serupiah pun aku
   tak punya.

9.      Tautologi: Penggunaan kata-kata bersinonim untuk mempertegas arti.
Contoh: Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.

10.  Repetisi: Pengulangan kata yang biasanya digunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia
  sebagai pelindung, kita junjung dia sebagai pembebas
  kita.

11.  Asindenton: Menyebutkan beberapa benda, hal, keadaan secara
    berturut-turut tanpa memakai konjungsi.
Contoh: Buah, sayuran, lauk-pauk, dibelinya di pasar itu.

12.  Polisindenton: Menyebutkan beberapa benda, hal, keadaan secara
  berturut-turut dengan memakai konjungsi.
Contoh: Buah, sayuran, dan lauk pauk dibelinya di pasar itu.

13.  Pleonasme: Penggunaan kata yang sebenarnya tidak diperlukan karena
  maknanya sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh: Salju putih sudah mulai turun ke bawah.

14.  Simetri: Penggunaan satu kata, kelompok kata, atau kalimat yang
        diikuti oleh kata, kelompok kata, atau kalimat yang seimbang
        artinya dengan yang pertama.
Contoh: Aku berjalan tergesa-gesa seperti orang dikejar anjing
   gila.

15.  Pararelisme
Ø  Anafora: Pengulangan di awal kalimat
Contoh: Kaulah senyumku
               Kaulah bahagiaku
               Kaulah hidupku
Ø  Epifora: Pengulangan di akhir kalimat
Contoh: Kalau kau meminta, aku akan pergi.
               Jika kau kehendaki, aku akan pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar