Senin, 27 Januari 2014

PENERAPAN TEKNIK PETA PEMIKIRAN (THINKING MAPS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK


ABSTRAK: Penelitian ini merupakan suatu kajian penerapan teknik peta pemikiran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek kajian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana Bandung. Data yang digunakan untuk analisis kajian ini adalah data autentik yang diperoleh berdasarkan hasil angket siswa dan wawancara kepada guru bahasa Indonesia, yaitu keterampilan menulis cerita pendek kurang diminati oleh siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana. Data dianalisis dengan tujuan (1) mendeskripsikan perencanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana; (2) mendeskripsikan pelaksanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana; (3) mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana.


ABSTRACT: This research is an investigation the implement action of thinking maps for increasing student’s ability in learning of writing short stories by using action research approachment. Subject of this research is student of grade X-2 SMA Langlangbuana Bandung. Data that is used in analyzed this research is authentic data that is get based on student’s questionnaires and interview to teacher of Indonesia language, that is the ability to write short story is less interest by the student’s of grade X-2 SMA Langlangbuana. The data is analyzed with the aim (1) describing the result of instruction planning in writing short story through thinking maps technique at student’s of grade X-2 SMA Langlangbuana; (2) describing the implementation of the result of intuction in writing short story through thinking maps technique at student’s of grade X-2 SMA Langlangbuana; (3) describing the result of instruction in writing short story through thinking maps technique at student’s of grade X-2 SMA Langlangbuana.

KATA KUNCI: Peta pemikiran, cerita pendek, teknik, menulis, pembelajaran.

PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil angket siswa dan wawancara kepada guru bahasa Indonesia kelas X, keterampilan menulis kurang diminati oleh siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana sehingga nilai yang diperoleh masih di bawah Kriteria Kelulusan Minimal (KKM). Gejala tersebut berlandaskan pada kesulitan siswa ketika harus mengekspresikan pikirannya ke dalam sebuah tulisan. Hal itu dibuktikan oleh antusiasme siswa ketika ditugaskan membaca dan mengapresiasi cerita pendek. Dengan demikian, perlu adanya sebuah teknik pembelajaran yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis cerita pendek.           
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan perencanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana; (2) mendeskripsikan pelaksanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana; (3) mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana. Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?; (2) bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?; (3) bagaimana hasil dari proses pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?.
Teknik peta pemikiran merupakan sebuah teknik yang dikembangkan dari pendekatan pembelajaran berbasis otak, yaitu metode Thinking Maps, metode Mind Map, metode Waking Suggestion, teknik Talking Stick, dan teknik Snowballing Trowing. Dengan demikian, teknik peta pemikiran mengajarkan siswa untuk menggunakan proses imajinasi yang menghubungkan suatu benda visual dengan otak sehingga menghasilkan sebuah karya berupa tulisan. Penggunaan teknik peta pemikiran dalam pembelajaran menulis cerita pendek dapat memberikan suatu keyakinan bagi siswa bahwa mereka memiliki kemampuan yang baik dalam aspek menulis, titik ukurnya adalah menulis cerita pendek.  Pembelajaran menulis cerita pendek melalui peta pemikiran mengutamakan siswa untuk fokus pada satu hal, yaitu benda visual berupa gambar dengan berbagai aplikasi menarik yang diterapkan guru.

METODE PENELITIAN
            Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-kuantitatif dengan pendekatan Peneletian Tindakan Kelas (PTK). Data yang diperoleh dalam penelitian ini, didapatkan dari hasil observasi pra penelitian dan observasi pelaksanaan penelitian. Pada pra penelitian, data didapatkan dari angket yang disebarkan kepada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana dan hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X. Sementara itu pada pelaksanaan penelitian, data didapatkan melalui angket siswa terhadap pembelajaran menulis cerita pendek, lembar pedoman wawancara guru, observasi aktivitas guru, catatan lapangan, dan jurnal siswa.  
Sebelum memasuki pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal yang dinamakan pra penelitian. Pra penelitian ini berlangsung selama dua hari, yaitu ketika menyebarkan angket kepada siswa dan melakukan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Penyebaran angket kepada siswa dilaksanakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis cerita pendek. Sementara itu, wawancara terhadap salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk menguatkan dan mengetahui alasan dari respon siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis cerita pendek. Akan tetapi keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa kelas X-2 dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
Hal tersebut, berbeda dengan observasi pada pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan melalui angket siswa terhadap pembelajaran menulis cerita pendek, lembar pedoman wawancara guru, observasi aktivitas guru, catatan lapangan, dan jurnal siswa dalam waktu kurang lebih tiga bulan. Angket siswa terhadap pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, sedangkan pedoman wawancara guru untuk mengetahui metode, media, dan teknik yang biasa digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar serta respon guru terhadap pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran. Namun hal tersebut berbeda dengan observasi aktivitas guru (peneliti) dan catatan lapangan  yang memiliki fungsi sebagai alat evaluasi untuk tindakan berikutnya. Sementara itu, jurnal siswa sebagai media yang disajikan guru sebagai ruang untuk siswa menuangkan pendapatnya terhadap teknik peta pemikiran dalam pembelajaran menulis cerita pendek.

HASIL PENELITIAN
            Penelitian ini dilaksanakan di SMA Langlangbuana pada tahun ajaran 2012/2013 dan dilakukan terhadap seluruh siswa kelas X-2 yang berjumlah 40 orang siswa. Pemilihan kelas ini, berlandaskan pertimbangan dari hasil angket dan wawancara yang menunjukkan bahwa kelas X-2 masih kurang dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru kelas X-2 sekaligus menjadi peneliti. Sementara itu, guru tetap mata pelajaran bahasa Indonesia yang biasa mengajar di kelas tersebut bertindak sebagai observer untuk mengawasi dan mengamati proses pembelajaran. Dengan demikian, hasil yang didapatkan lebih objektif dengan mengetahui keadaan yang benar-benar terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
            Data yang menunjukkan masih kurangnya siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek, bukan berarti siswa mengalami kebutaan dalam mengembangkan cerita tapi gagasan yang mereka tuangkan ke dalam cerita pendek hasilnya terasa kaku, fokus ceritanya kurang jelas, dan pemilihan kata kurang mengenai sasaran. Selain pernyataan tersebut, beberapa siswa mangaku malas sebab tidak ada motivasi untuk menulis. Kurangnya motivasi siswa dalam menulis cerita pendek menjadi sebuah kendala bagi keberhasilan dalam pembelajaran. Sementara itu jika dilihat dari segi pengajaran, guru masih terjebak dengan penggunaan teknik ceramah yang merupakan pembelajaran lama. Oleh karena itu, siswa merasa jenuh dan cenderung pasif dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
            Pembelajaran menulis cerita pendek dinilai mudah oleh guru dan siswa. Hal tersebut menyebabkan ketidak fokusan antara guru dan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh kurang memuaskan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti merancang sebuah pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan menyusun sebuah perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik peta pemikiran. Penerapan teknik tersebut, diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek.

PEMBAHASAN
            Kesulitan siswa kelas X-2 dalam pembelajaran menulis cerita pendek meliputi cara menentukan tema, merumuskan judul, memusatkan pikiran pada gagasan yang telah didapat, menentukan watak tokoh, membuat dialog, dan menggambarkan keadaan. Pada lain pihak, guru terjebak dalam pembelajaran lama, yaitu penggunaan teknik ceramah. Oleh karena itu, peneliti mencoba menyusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik peta pemikiran.
            Pelaksanaan siklus I direncanakan Rabu, 3 April 2013. Pada siklus I ini akan diambil pokok bahasan materi, yaitu menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman diri sendiri atau orang lain. Materi disampaikan melalui peta gambar yang merupakan inti dari teknik peta pemikiran. Dalam kegiatan siklus I ini, peneliti akan menerapkan tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu, peneliti menerapkan tahap inisiasi dan akuisisi, serta elaborasi. Tahap berikutnya, peneliti melakukan induksi, afirmasi, dan visualisasi pada peta gambar.
            Sumber yang digunakan peneliti didapatkan dari buku, sedangkan media yang digunakan berupa peta gambar dan sebuah lagu berjudul ”Kasih Ibu”. Sementara itu, alat evaluasi dalam penelitian ini adalah lembar tes hasil belajar siswa. Format observasi aktivitas guru yang digunakan adalah format observasi terstruktur. Observer terdiri dari dua orang, yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan ibu kepala sekolah.
            Kegiatan awal berupa relaksasi anggota tubuh dengan teknik sapaan hai halo. Dilanjutkan dengan memberi pengalaman konkret yang dilakukan guru dengan menunjukkan sebuah buku kumpulan cerita pendek. Dengan demikian, memudahkan guru untuk mengaitkan motivasi tersebut dengan materi pembelajaran, yaitu menulis cerita pendek. Sebelum mamasuki kegiatan menulis, guru terlebih dahulu memberikan apresiasi mengenai konteks pembelajaran dan mengaitknannya dengan materi sebelumnya. Pada kegiatan ini, guru memberikan ulasan pengetahuan yang dimiliki siswa agar otak dapat menghubungkan pengetahuan mereka dengan pengetahuan baru yang akan dipelajarinya. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari penerapan tahap persiapan bagi pemaparan. Setelah itu, pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan induksi. Induksi dilaksanakan dengan menyanyikan lagu berjudul ”Kasih Ibu” secara berulang hingga mengaktifkan pikiran bawah sadar siswa. Salah satu indikatornya adalah siswa mampu memproduksi kata imajinatif. Langkah berikutnya berupa afirmasi berbentuk pengucapan satu kata berdasarkan pengalaman pribadi mengenai ilustrasi pada peta gambar yang telah disajikan guru. Bentuk afirmasi berfungsi sebagai bahan untuk memunculkan gagasan siswa. Dalam kegiatan ini, guru memandu siswa untuk memproduksi gagasan dengan memfokuskan siswa pada peta gambar. Kegiatan selanjutnya berupa aplikasi gagasan yang telah diproduksi dari peta gambar ke dalam sebuah tulisan. Setelah gagasan terbentuk menjadi tulisan, guru melakukan avaluasi pengetahuan siswa mengenai unsur-unsur pembangun cerita pendek yang telah diapresiasi di awal kegiatan pembelajaran.
            Hasil pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa 2 orang siswa atau 6,5% mendapatkan kategori baik, 7 orang siswa atau 23,3% mendapatkan kategori cukup, dan 21 orang siswa atau 70,2% mendapatkan kategori kurang. Adapaun hasil jurnal siswa menunjukkan bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, sekitar 87% siswa mengatakan teknik peta pemikiran dapat memudahkan mereka dalam menulis cerita pendek dan 13% mereka masih merasa kesulitan dalam kegiatan menulis cerita pendek. Secara umum siswa merasa senang dan tertarik terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dan merasa terbantu dengan penggunaan teknik peta pemikiran dalam pembelajaran menulis  cerita pendek. Nilai rata-rata siswa kelas X-2 pada siklus I dalam pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran masih di bawah KKM, yaitu sebesar 60,67.
            Sementara itu, perencanaan tindakan siklus II dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan refleksi pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, pembelajaran menulis cerita pendek siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana masih belum dapat dikatakan berhasil. Dengan demikian, pada siklus II perlu dilakukan tindakan kembali untuk memperbaiki hasil pembelajaran pada siklus I. Perbaikan yang akan dilaksanakan adalah menyusun kembali perencanaan pembelajaran dengan lebih memfokuskan pada materi pembelajaran yang akan lebih difokuskan pada aspek keterlibatan pengalaman siswa terhadap cerita pendek. Perbaikan pada proses pembelajaran adalah pengondisian kelas melalui media pembelajaran yang lebih menarik.
            Siklus II akan dilaksanakan pada hari Jumat, 26 April 2013. Materi pembelajaran menulis cerita pendek pada siklus II akan lebih difokuskan pada pengembangan alur, tokoh, latar, serta penggunaan kata dan tanda baca. Hal ini berdasarkan hasil pembelajaran siklus I, siswa masih kesulitan mengembangkan  alur, tokoh, latar, serta penggunaan kata dan tanda baca yang belum sesuai dengan EYD. Proses pembelajaran siklus II masih menerapkan tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu, peneliti memberikan muatan pembelajaran inti. Tahap berikutnya adalah tahap elaborasi yang merupakan tahap pemrosesan muatan pembelajaran. Dilanjutkan pada tahap inkubasi dan terakhir tahap perayaan.
            Sumber pembelajaran berupa buku, sedangkan media pembelajaran yang digunakan masih berupa media visulisasi, yaitu kerangka peta pemikiran dan sebuah lagu dari Grup Band Samsons  berjudul ”Kenangan Terindah”. Sementara itu, alat evaluasi dalam penelitian ini adalah lembar tes hasil belajar siswa. Format observasi aktivitas guru yang digunakan adalah format observasi terstruktur. Observer terdiri dari dua orang, yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan ibu kepala sekolah.
            Tahap awal pelaksanaan pembelajaran siklus II berupa relaksasi anggota tubuh. Aktivitas fisik dilaksanakan untuk membangunkan otak. Setelah itu dilanjutkan pada tahap persiapan, yaitu guru memberi pengalaman konkret dengan memberikan dua buah cerita pendek dengan jenis gaya bahasa yang berbeda kepada setiap siswa. Kegiatan berikutnya, guru memberikan apresiasi mengenai konteks pembelajaran berupa ulasan unsur-unsur pembangun cerita pendek dan mengaitkannya dengan kerangka peta pemikiran. Pada tahap pemaparan, guru menyampaikan materi yang terkait dengan kegiatan identifikasi agar siswa dapat berkonsentrasi pada pelaksanaan menulis cerita pendek. Materi yang disampaikan singkat, padat, dan jelas. Siswa menuliskan satu kalimat atau satu kata berdasarkan pengalaman pribadi pada kerangka peta pemikiran yang diberikan guru pada setiap siswa. Pada kerangka peta pemikiran telah diberikan tema yang berfungsi untuk memudahkan siswa dalam memproduksi gagasan. Gagasan yang telah diproduksi pada peta pemikiran diaplikasikan dalam bentuk tulisan. Usai kegiatan menulis, guru menggali pemhaman siswa mengenai unsur intrinsik cerita pendek dan setelahnya diadakan relaksasi atau peregangan tubuh. Tahap akhir dari pembelajaran siklus II ini adalah perayaan. Guru dan siswa secara bersama berdiri dan melambaikan tangan dengan menyanyikan lagu Kenangan Terindah dari sebuah band bernama Samsons. Semangat belajar siswa masih berkobar pada kegiatan akhir pembelajaran ini. Pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru berhasil mencuri perhatian siswa dan mengalihkan dunianya pada satu titik, yaitu titik konsentrasi.
            Hasil pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa 9 orang siswa atau 30% mendapatkan kategori sangat baik, 17 orang siswa atau 56,6% mendapatkan kategori baik, dan 4 orang siswa atau 11,3% mendapatkan kategori cukup. Adapaun hasil jurnal siswa menunjukkan bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, sekitar 96,6% siswa mengatakan teknik peta pemikiran dapat memudahkan mereka dalam menulis cerita pendek dan 3,3% mereka masih merasa kesulitan dalam kegiatan menulis cerita pendek. Secara keseluruhan siswa merasa senang dan nyaman dengan penggunaan teknik peta pemikiran dalam pembelajaran menulis  cerita pendek. Nilai rata-rata siswa kelas X-2 pada siklus II dalam pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran mengalami peningkatan dari 60,67 menjadi 80,89.
 Berdasarkan hasil analisis cerita pendek siswa, pada umumnya siswa sudah mampu menuangkan ide yang dimilikinya ke dalam bentuk tulisan berupa cerita pendek. sementara itu, dalam pengembangan imajinasi dan penggunaan ejaan yang tepat belum dapat dikatakan sempurna. Namun kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal tersebut, ditunjukkan oleh nilai menulis cerita pendek siswa pada setiap siklusnya.

 SIMPULAN DAN SARAN
             Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang disampaikan di bagian pendahuluan, dapat disimpulkan tiga hal sebagai berikut.
1.      Perencanaan teknik peta pemikiran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek. Teknik peta pemikiran merupakan teknik yang dikembangkan dari metode peta pemikiran dan induknya, yaitu pembelajaran berbasis otak yang didesain secara ilmiah untuk belajar. Oleh karena itu, guru berharap penerapan teknik peta pemikiran yang telah direncanakan dalam perencanaan tindakan ini dapat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek. Perencanaan pembelajaran yang dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan aplikasi dari teknik peta pemikiran. Pelaksanaan siklus I direncanakan pada hari Rabu, 3 April 2013. Siklus I ini akan mengambil pokok bahasan materi menulis cerita pendek, berupa pengungkapan pengalaman diri sendiri atau orang lain ke dalam cerita pendek. Materi disampaikan melalui peta gambar, dalam kegiatan ini peneliti menerapkan tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu, peneliti menerapkan tahap inisiasi dan akuisisi, serta elaborasi. Tahap berikutnya peneliti melakukan induksi, afirmasi, dan visualisasi pada peta gambar. Sumber yang digunakan peneliti didapatkan dari buku dan internet. Media yang digunakan berupa peta gambar dan sebuah lagu berjudul “Kasih Ibu”. Adapun alat evaluasi yang digunakan berupa lembar tes hasil belajar siswa. Sementara itu, pelaksanaan pembelajaran siklus II direncanakan pada hari Jumat, 26 April 2013. Perencanaan tindakan siklus II, dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan refleksi pada siklus I.  Pada siklus II, pembelajaran akan lebih difokuskan pada aspek keterlibatan pengalaman siswa terhadap cerita pendek, pengembangan alur, tokoh, latar, serta penggunaan kata dan tanda baca. Kemudian pada proses pembelajaran, pengkondisian kelas dilaksanakan melalui media pembelajaran yang lebih menarik. Proses pembelajaran siklus II masih menerapkan tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu, peneliti memberikan muatan pembelajaran inti. Tahap berikutnya adalah tahap elaborasi yang merupakan tahap pemrosesan muatan pembelajaran. Dilanjutkan pada tahap inkubasi dan berakhir di tahap perayaan. Sumber pembelajaran pada siklus II masih sama seperti pembelajaran pada siklus I, yaitu buku dan internet. Media pembelajaran yang digunakan pun masih sama dengan pembelajaran siklus I, yaitu media visual dan sebuah lagu. Akan tetapi, pada pembelajaran siklus II media visual yang digunakan peta pemikiran dan lagu berjudul “Kenangan Terindah” dari Band  Samsons. Alat evaluasi yang digunakan masih sama seperti pada siklus I, yaitu lembar tes hasil belajar siswa.
2.     Proses pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran yang dilaksanakan pada dua siklus, terangkum dalam lembar observasi aktivitas guru dan catatan lapangan guru. Pada siklus I masih ditemukan kekurangan, yaitu guru masih kurang dalam menumbuhkan motivasi siswa sehingga terlihat masih ada siswa yang melamun dan mengobrol dengan  teman di sampingnya. Sementara itu, pada siklus II kekurangan tersebut tidak ditemukan kembali. Dengan demikian, guru sudah mampu memberikan materi kepada siswa secara terstruktur. Hal tersebut karena adanya hasil refleksi pada pembelajaran sebelumnya, sehingga kekurangan yang dialami selama kegiatan pembelajaran dapat diperbaiki. Kegiatan awal pada siklus I, berupa relaksasi anggota tubuh melalui teknik sapaan “hai halo”. Dilanjutkan dengan memberi pengalaman konkret yang dilakukan guru dengan menunjukkan sebuah buku kumpulan cerita pendek. Sebelum kegiatan menulis dimulai, guru terlebih dahulu memberikan apresiasi mengenai konteks pembelajaran dan mengaitkannya dengan materi sebelumnya. Pada kegiatan ini, guru memberikan ulasan pengetahuan yang dimiliki siswa agar otak dapat menghubungkan pengetahuan mereka dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Kegiatan tersebut merupakan penerapan dari tahap persiapan bagi pemaparan. Setelah itu, pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan induksi. Induksi dilakukan melalui sebuah lagu berjudul “kasih Ibu”, salah satu indikatornya adalah siswa mampu memproduksi kata imajinatif. Langkah berikutnya, berupa afirmasi dengan mengucapkan satu kata berdasarkan pengalaman pribadi mengenai ilustrasi pada peta gambar. Akhir dari proses pembelajaran siklus I, yaitu pengaplikasian gagasan ke dalam sebuah tulisan dan setelahnya evaluasi pengetahuan siswa mengenai unsur-unsur pembangun cerita pendek. Sementara itu, tahap awal pada pelaksanaan pembelajaran siklus II berupa relaksasi anggota tubuh melalui teknik sapaan “hai-hai halo-hai”. Kemudian dilanjutkan pada tahap persiapan dengan memberikan pengalaman konkret melalui dua buah cerita pendek yang disuguhkan. Setelah itu, guru memberikan apresiasi mengenai konteks pembelajaran, berupa ulasan unsur-unsur pembangun cerita pendek dan mengaitkannya dengan peta pemikiran. Tahap berikutnya adalah tahap pemaparan, guru menyampaikan materi yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi agar siswa dapat berkonsentrasi pada pelaksanaan menulis cerita pendek. Setelah itu, siswa menuliskan satu kalimat atau satu kata pada kerangka peta pemikiran berdasarkan pengalaman pribadinya. Dilanjutkan dengan pengaplikasian gagasan yang telah diproduksi ke dalam bentuk tulisan. Usai kegiatan tersebut, guru menggali pemahaman siswa mengenai unsur intrinsik cerita pendek. Relaksasi dan peregangan anggota tubuh menjadi tahap akhir dalam kegiatan pembelajaran siklus II. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, secara tidak langsung mengalihkan dunia seluruh siswa. Artinya, guru berhasil mencuri perhatian siswa dan mengalihkan dunianya pada satu titik, yaitu titik konsentrasi.
3.      Berdasarkan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran, kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Melalui proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara bertahap, siswa mampu menulis cerita pendek berdasarkan kriteria penilaian cerita pendek yang telah ditentukan dan pengaitan terhadap pengalaman pribadi dengan baik. Tingkat kemampuan siswa pada setiap siklus mengalami perubahan. Tingkat kemampuan tertinggi siswa pada siklus I sebesar 75 dan pada siklus II sebesar 95. Sementara itu, untuk tingkat kemampuan terendah pada siklus I sebesar 45 dan terjadi pemingkatan pada siklus II sebesar 70. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek.
            Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan menulis cerita pendek dengan menerapkan teknik peta pemikiran telah berhasil dilakukan. Hal tersebut, terbukti dari kemampuan menulis cerita pendek siswa mengalami peningkatan yang ditunjang dengan jurnal siswa pada setiap siklus dan hasil observasi aktivitas siswa, serta peran guru dalam menerapkan teknik tersebut di dalam kelas semakin baik dari sebelumnya.
            Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1.    Dalam pembelajaran menulis cerita pendek, guru dapat menggunakan teknik peta pemikiran sebagai alternatif jika ditemukan masalah yang sama dengan penelitian ini.
2.   Teknik peta pemikiran terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek. Dengan demikian, masih banyak kemampuan lainnya yang dapat diteliti dengan menerapkan teknik ini, seperti pada pembelajaran menulis puisi, menulis naskah drama, menulis teks berita, dan pembelajaran lainnya yang berkaitan dengan menulis.
3.      Peneliti merekomendasikan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan menulis cerita pendek siswa pada aspek pengembangan unsur instrinsik dan ketepatan ejaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar