ABSTRAK: Penelitian ini merupakan suatu kajian penerapan teknik peta pemikiran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek kajian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana Bandung. Data yang digunakan untuk analisis kajian ini adalah data autentik yang diperoleh berdasarkan hasil angket siswa dan wawancara kepada guru bahasa Indonesia, yaitu keterampilan menulis cerita pendek kurang diminati oleh siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana. Data dianalisis dengan tujuan (1) mendeskripsikan perencanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana; (2) mendeskripsikan pelaksanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana; (3) mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana.
ABSTRACT: This research is an investigation the implement action of thinking maps for increasing student’s ability in learning of writing short stories by using action research approachment. Subject of this research is student of grade X-2 SMA Langlangbuana Bandung. Data that is used in analyzed this research is authentic data that is get based on student’s questionnaires and interview to teacher of Indonesia language, that is the ability to write short story is less interest by the student’s of grade X-2 SMA Langlangbuana. The data is analyzed with the aim (1) describing the result of instruction planning in writing short story through thinking maps technique at student’s of grade X-2 SMA Langlangbuana; (2) describing the implementation of the result of intuction in writing short story through thinking maps technique at student’s of grade X-2 SMA Langlangbuana; (3) describing the result of instruction in writing short story through thinking maps technique at student’s of grade X-2 SMA Langlangbuana.
KATA
KUNCI: Peta pemikiran, cerita
pendek, teknik, menulis, pembelajaran.
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil angket
siswa dan wawancara kepada guru bahasa Indonesia kelas X, keterampilan menulis
kurang diminati oleh siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana sehingga nilai yang
diperoleh masih di bawah Kriteria Kelulusan Minimal (KKM). Gejala tersebut
berlandaskan pada kesulitan siswa ketika harus mengekspresikan pikirannya ke
dalam sebuah tulisan. Hal itu dibuktikan oleh antusiasme siswa ketika
ditugaskan membaca dan mengapresiasi cerita pendek. Dengan demikian, perlu
adanya sebuah teknik pembelajaran yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis cerita pendek.
Adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan perencanaan hasil
pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa
kelas X-2 SMA Langlangbuana; (2) mendeskripsikan pelaksanaan hasil pembelajaran
menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA
Langlangbuana; (3) mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui
teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana. Adapun rumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana perencanaan
pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa
kelas X-2 SMA Langlangbuana?; (2) bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran
menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA
Langlangbuana?; (3) bagaimana hasil dari proses pembelajaran menulis cerita
pendek melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?.
Teknik peta
pemikiran merupakan sebuah teknik yang dikembangkan dari pendekatan
pembelajaran berbasis otak, yaitu metode Thinking
Maps, metode Mind Map, metode Waking Suggestion, teknik Talking Stick, dan teknik Snowballing Trowing. Dengan demikian, teknik
peta pemikiran mengajarkan siswa untuk menggunakan proses imajinasi yang
menghubungkan suatu benda visual dengan otak sehingga menghasilkan sebuah karya
berupa tulisan. Penggunaan teknik peta pemikiran dalam pembelajaran menulis
cerita pendek dapat memberikan suatu keyakinan bagi siswa bahwa mereka memiliki
kemampuan yang baik dalam aspek menulis, titik ukurnya adalah menulis cerita
pendek. Pembelajaran menulis cerita
pendek melalui peta pemikiran mengutamakan siswa untuk fokus pada satu hal,
yaitu benda visual berupa gambar dengan berbagai aplikasi menarik yang
diterapkan guru.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-kuantitatif
dengan pendekatan Peneletian Tindakan Kelas (PTK). Data yang diperoleh dalam
penelitian ini, didapatkan dari hasil observasi pra penelitian dan observasi
pelaksanaan penelitian. Pada pra penelitian, data didapatkan dari angket yang disebarkan
kepada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana dan hasil wawancara dengan salah satu guru
mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X. Sementara itu pada pelaksanaan
penelitian, data didapatkan melalui angket siswa terhadap pembelajaran menulis
cerita pendek, lembar pedoman wawancara guru, observasi aktivitas guru, catatan
lapangan, dan jurnal siswa.
Sebelum memasuki pelaksanaan
penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal yang dinamakan
pra penelitian. Pra penelitian ini berlangsung selama dua hari, yaitu ketika menyebarkan
angket kepada siswa dan melakukan wawancara dengan salah satu guru mata
pelajaran bahasa Indonesia. Penyebaran angket kepada siswa dilaksanakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
pembelajaran menulis cerita pendek. Sementara itu, wawancara terhadap salah
satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk menguatkan dan
mengetahui alasan dari respon siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya pembelajaran menulis cerita pendek. Akan tetapi keduanya memiliki
tujuan yang sama, yaitu mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa kelas
X-2 dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
Hal tersebut, berbeda dengan
observasi pada pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan melalui angket siswa
terhadap pembelajaran menulis cerita pendek, lembar pedoman wawancara guru,
observasi aktivitas guru, catatan lapangan, dan jurnal siswa dalam waktu kurang
lebih tiga bulan. Angket siswa terhadap pembelajaran menulis cerita pendek
melalui teknik peta pemikiran bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan, sedangkan pedoman wawancara guru untuk
mengetahui metode, media, dan teknik yang biasa digunakan guru dalam kegiatan
belajar mengajar serta respon guru terhadap pembelajaran menulis cerita pendek
melalui teknik peta pemikiran. Namun hal tersebut berbeda dengan observasi
aktivitas guru (peneliti) dan catatan lapangan
yang memiliki fungsi sebagai alat evaluasi untuk tindakan berikutnya.
Sementara itu, jurnal siswa sebagai media yang disajikan guru sebagai ruang
untuk siswa menuangkan pendapatnya terhadap teknik peta pemikiran dalam
pembelajaran menulis cerita pendek.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan
di SMA Langlangbuana pada tahun ajaran 2012/2013 dan dilakukan terhadap seluruh
siswa kelas X-2 yang berjumlah 40 orang siswa. Pemilihan kelas ini,
berlandaskan pertimbangan dari hasil angket dan wawancara yang menunjukkan
bahwa kelas X-2 masih kurang dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Pada
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru kelas X-2 sekaligus menjadi
peneliti. Sementara itu, guru tetap mata pelajaran bahasa Indonesia yang biasa
mengajar di kelas tersebut bertindak sebagai observer untuk mengawasi dan
mengamati proses pembelajaran. Dengan demikian, hasil yang didapatkan lebih
objektif dengan mengetahui keadaan yang benar-benar terjadi pada saat
pembelajaran berlangsung.
Data yang
menunjukkan masih kurangnya siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek,
bukan berarti siswa mengalami kebutaan dalam mengembangkan cerita tapi gagasan
yang mereka tuangkan ke dalam cerita pendek hasilnya terasa kaku, fokus
ceritanya kurang jelas, dan pemilihan kata kurang mengenai sasaran. Selain
pernyataan tersebut, beberapa siswa mangaku malas sebab tidak ada motivasi
untuk menulis. Kurangnya motivasi siswa dalam menulis cerita pendek menjadi
sebuah kendala bagi keberhasilan dalam pembelajaran. Sementara itu jika dilihat
dari segi pengajaran, guru masih terjebak dengan penggunaan teknik ceramah yang
merupakan pembelajaran lama. Oleh karena itu, siswa merasa jenuh dan cenderung
pasif dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
Pembelajaran
menulis cerita pendek dinilai mudah oleh guru dan siswa. Hal tersebut menyebabkan
ketidak fokusan antara guru dan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek
sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh kurang memuaskan. Berdasarkan hasil
observasi tersebut, peneliti merancang sebuah pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan menyusun
sebuah perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik
peta pemikiran. Penerapan teknik tersebut, diharapkan dapat membantu
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek.
PEMBAHASAN
Kesulitan siswa kelas X-2 dalam pembelajaran
menulis cerita pendek meliputi cara menentukan tema, merumuskan judul,
memusatkan pikiran pada gagasan yang telah didapat, menentukan watak tokoh,
membuat dialog, dan menggambarkan keadaan. Pada lain pihak, guru terjebak dalam
pembelajaran lama, yaitu penggunaan teknik ceramah. Oleh karena itu, peneliti
mencoba menyusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik
peta pemikiran.
Pelaksanaan
siklus I direncanakan Rabu, 3 April 2013. Pada siklus I ini akan diambil pokok
bahasan materi, yaitu menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman diri sendiri
atau orang lain. Materi disampaikan melalui peta gambar yang merupakan inti
dari teknik peta pemikiran. Dalam kegiatan siklus I ini, peneliti akan
menerapkan tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu, peneliti menerapkan
tahap inisiasi dan akuisisi, serta elaborasi. Tahap berikutnya, peneliti
melakukan induksi, afirmasi, dan visualisasi pada peta gambar.
Sumber
yang digunakan peneliti didapatkan dari buku, sedangkan media yang digunakan
berupa peta gambar dan sebuah lagu berjudul ”Kasih Ibu”. Sementara itu, alat
evaluasi dalam penelitian ini adalah lembar tes hasil belajar siswa. Format
observasi aktivitas guru yang digunakan adalah format observasi terstruktur.
Observer terdiri dari dua orang, yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan
ibu kepala sekolah.
Kegiatan
awal berupa relaksasi anggota tubuh dengan teknik sapaan hai halo. Dilanjutkan dengan memberi pengalaman konkret yang
dilakukan guru dengan menunjukkan sebuah buku kumpulan cerita pendek. Dengan
demikian, memudahkan guru untuk mengaitkan motivasi tersebut dengan materi
pembelajaran, yaitu menulis cerita pendek. Sebelum mamasuki kegiatan menulis,
guru terlebih dahulu memberikan apresiasi mengenai konteks pembelajaran dan
mengaitknannya dengan materi sebelumnya. Pada kegiatan ini, guru memberikan
ulasan pengetahuan yang dimiliki siswa agar otak dapat menghubungkan
pengetahuan mereka dengan pengetahuan baru yang akan dipelajarinya. Kegiatan
tersebut merupakan bagian dari penerapan tahap persiapan bagi pemaparan. Setelah
itu, pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan induksi. Induksi dilaksanakan
dengan menyanyikan lagu berjudul ”Kasih Ibu” secara berulang hingga mengaktifkan
pikiran bawah sadar siswa. Salah satu indikatornya adalah siswa mampu
memproduksi kata imajinatif. Langkah berikutnya berupa afirmasi berbentuk
pengucapan satu kata berdasarkan pengalaman pribadi mengenai ilustrasi pada
peta gambar yang telah disajikan guru. Bentuk afirmasi berfungsi sebagai bahan
untuk memunculkan gagasan siswa. Dalam kegiatan ini, guru memandu siswa untuk
memproduksi gagasan dengan memfokuskan siswa pada peta gambar. Kegiatan
selanjutnya berupa aplikasi gagasan yang telah diproduksi dari peta gambar ke
dalam sebuah tulisan. Setelah gagasan terbentuk menjadi tulisan, guru melakukan
avaluasi pengetahuan siswa mengenai unsur-unsur pembangun cerita pendek yang
telah diapresiasi di awal kegiatan pembelajaran.
Hasil
pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa 2 orang siswa atau 6,5% mendapatkan
kategori baik, 7 orang siswa atau 23,3% mendapatkan kategori cukup, dan 21
orang siswa atau 70,2% mendapatkan kategori kurang. Adapaun hasil jurnal siswa
menunjukkan bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan, sekitar 87% siswa mengatakan teknik peta
pemikiran dapat memudahkan mereka dalam menulis cerita pendek dan 13% mereka
masih merasa kesulitan dalam kegiatan menulis cerita pendek. Secara umum siswa
merasa senang dan tertarik terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dan merasa
terbantu dengan penggunaan teknik peta pemikiran dalam pembelajaran
menulis cerita pendek. Nilai rata-rata
siswa kelas X-2 pada siklus I dalam pembelajaran menulis cerita pendek melalui
teknik peta pemikiran masih di bawah KKM, yaitu sebesar 60,67.
Sementara
itu, perencanaan tindakan siklus II dilakukan berdasarkan hasil analisis data
dan refleksi pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, pembelajaran
menulis cerita pendek siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana masih belum dapat
dikatakan berhasil. Dengan demikian, pada siklus II perlu dilakukan tindakan
kembali untuk memperbaiki hasil pembelajaran pada siklus I. Perbaikan yang akan
dilaksanakan adalah menyusun kembali perencanaan pembelajaran dengan lebih
memfokuskan pada materi pembelajaran yang akan lebih difokuskan pada aspek
keterlibatan pengalaman siswa terhadap cerita pendek. Perbaikan pada proses
pembelajaran adalah pengondisian kelas melalui media pembelajaran yang lebih
menarik.
Siklus
II akan dilaksanakan pada hari Jumat, 26 April 2013. Materi pembelajaran
menulis cerita pendek pada siklus II akan lebih difokuskan pada pengembangan
alur, tokoh, latar, serta penggunaan kata dan tanda baca. Hal ini berdasarkan
hasil pembelajaran siklus I, siswa masih kesulitan mengembangkan alur, tokoh, latar, serta penggunaan kata dan
tanda baca yang belum sesuai dengan EYD. Proses pembelajaran siklus II masih menerapkan
tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu, peneliti memberikan muatan
pembelajaran inti. Tahap berikutnya adalah tahap elaborasi yang merupakan tahap
pemrosesan muatan pembelajaran. Dilanjutkan pada tahap inkubasi dan terakhir
tahap perayaan.
Sumber
pembelajaran berupa buku, sedangkan media pembelajaran yang digunakan masih
berupa media visulisasi, yaitu kerangka peta pemikiran dan sebuah lagu dari
Grup Band Samsons berjudul ”Kenangan
Terindah”. Sementara itu, alat evaluasi dalam penelitian ini adalah lembar tes
hasil belajar siswa. Format observasi aktivitas guru yang digunakan adalah
format observasi terstruktur. Observer terdiri dari dua orang, yaitu guru mata
pelajaran bahasa Indonesia dan ibu kepala sekolah.
Tahap
awal pelaksanaan pembelajaran siklus II berupa relaksasi anggota tubuh.
Aktivitas fisik dilaksanakan untuk membangunkan otak. Setelah itu dilanjutkan
pada tahap persiapan, yaitu guru memberi pengalaman konkret dengan memberikan
dua buah cerita pendek dengan jenis gaya bahasa yang berbeda kepada setiap
siswa. Kegiatan berikutnya, guru memberikan apresiasi mengenai konteks
pembelajaran berupa ulasan unsur-unsur pembangun cerita pendek dan
mengaitkannya dengan kerangka peta pemikiran. Pada tahap pemaparan, guru
menyampaikan materi yang terkait dengan kegiatan identifikasi agar siswa dapat
berkonsentrasi pada pelaksanaan menulis cerita pendek. Materi yang disampaikan
singkat, padat, dan jelas. Siswa menuliskan satu kalimat atau satu kata
berdasarkan pengalaman pribadi pada kerangka peta pemikiran yang diberikan guru
pada setiap siswa. Pada kerangka peta pemikiran telah diberikan tema yang
berfungsi untuk memudahkan siswa dalam memproduksi gagasan. Gagasan yang telah
diproduksi pada peta pemikiran diaplikasikan dalam bentuk tulisan. Usai
kegiatan menulis, guru menggali pemhaman siswa mengenai unsur intrinsik cerita
pendek dan setelahnya diadakan relaksasi atau peregangan tubuh. Tahap
akhir dari pembelajaran siklus II ini adalah perayaan. Guru dan siswa secara
bersama berdiri dan melambaikan tangan dengan menyanyikan lagu Kenangan Terindah dari sebuah band bernama Samsons. Semangat belajar siswa masih berkobar pada kegiatan akhir
pembelajaran ini. Pada kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan, guru berhasil mencuri perhatian siswa dan mengalihkan dunianya
pada satu titik, yaitu titik konsentrasi.
Hasil
pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa 9 orang siswa atau 30% mendapatkan
kategori sangat baik, 17 orang siswa atau 56,6% mendapatkan kategori baik, dan
4 orang siswa atau 11,3% mendapatkan kategori cukup. Adapaun hasil jurnal siswa
menunjukkan bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan, sekitar 96,6% siswa mengatakan teknik
peta pemikiran dapat memudahkan mereka dalam menulis cerita pendek dan 3,3%
mereka masih merasa kesulitan dalam kegiatan menulis cerita pendek. Secara
keseluruhan siswa merasa senang dan nyaman dengan penggunaan teknik peta
pemikiran dalam pembelajaran menulis cerita
pendek. Nilai rata-rata siswa kelas X-2 pada siklus II dalam pembelajaran
menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran mengalami peningkatan dari
60,67 menjadi 80,89.
Berdasarkan hasil analisis cerita pendek siswa, pada umumnya siswa sudah
mampu menuangkan ide yang dimilikinya ke dalam bentuk tulisan berupa cerita
pendek. sementara itu, dalam pengembangan imajinasi dan penggunaan ejaan yang
tepat belum dapat dikatakan sempurna. Namun kemampuan siswa dalam menulis
cerita pendek melalui teknik peta pemikiran pada setiap siklusnya mengalami
peningkatan. Hal tersebut, ditunjukkan oleh nilai menulis cerita pendek siswa
pada setiap siklusnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Sejalan
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang disampaikan di bagian
pendahuluan, dapat disimpulkan tiga hal sebagai
berikut.
1.
Perencanaan teknik peta
pemikiran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek.
Teknik peta pemikiran merupakan teknik yang dikembangkan dari metode peta
pemikiran dan induknya, yaitu pembelajaran berbasis otak yang didesain secara
ilmiah untuk belajar. Oleh karena itu, guru berharap penerapan teknik peta
pemikiran yang telah direncanakan dalam perencanaan tindakan ini dapat membantu
siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek. Perencanaan
pembelajaran yang dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan
aplikasi dari teknik peta pemikiran. Pelaksanaan siklus I direncanakan pada
hari Rabu, 3 April 2013. Siklus I ini akan mengambil pokok bahasan materi
menulis cerita pendek, berupa pengungkapan pengalaman diri sendiri atau orang
lain ke dalam cerita pendek. Materi disampaikan melalui peta gambar, dalam
kegiatan ini peneliti menerapkan tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu,
peneliti menerapkan tahap inisiasi dan akuisisi, serta elaborasi. Tahap
berikutnya peneliti melakukan induksi, afirmasi, dan visualisasi pada peta
gambar. Sumber yang digunakan peneliti didapatkan dari buku dan internet. Media
yang digunakan berupa peta gambar dan sebuah lagu berjudul “Kasih Ibu”. Adapun alat evaluasi yang digunakan berupa lembar tes
hasil belajar siswa. Sementara itu, pelaksanaan pembelajaran siklus II
direncanakan pada hari Jumat, 26 April 2013. Perencanaan tindakan siklus II,
dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan refleksi pada siklus I. Pada siklus II, pembelajaran akan lebih
difokuskan pada aspek keterlibatan pengalaman siswa terhadap cerita pendek,
pengembangan alur, tokoh, latar, serta penggunaan kata dan tanda baca. Kemudian
pada proses pembelajaran, pengkondisian kelas dilaksanakan melalui media
pembelajaran yang lebih menarik. Proses pembelajaran siklus II masih menerapkan
tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu, peneliti memberikan muatan
pembelajaran inti. Tahap berikutnya adalah tahap elaborasi yang merupakan tahap
pemrosesan muatan pembelajaran. Dilanjutkan pada tahap inkubasi dan berakhir di
tahap perayaan. Sumber pembelajaran pada siklus II masih sama seperti
pembelajaran pada siklus I, yaitu buku dan internet. Media pembelajaran yang
digunakan pun masih sama dengan pembelajaran siklus I, yaitu media visual dan
sebuah lagu. Akan tetapi, pada pembelajaran siklus II media visual yang
digunakan peta pemikiran dan lagu berjudul “Kenangan
Terindah” dari Band Samsons.
Alat evaluasi yang digunakan masih sama seperti pada siklus I, yaitu lembar tes
hasil belajar siswa.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran
menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran yang dilaksanakan pada dua
siklus, terangkum dalam lembar observasi aktivitas guru dan catatan lapangan
guru. Pada siklus I masih ditemukan kekurangan, yaitu guru masih kurang dalam menumbuhkan
motivasi siswa sehingga terlihat masih ada siswa yang melamun dan mengobrol
dengan teman di sampingnya. Sementara
itu, pada siklus II kekurangan tersebut tidak ditemukan kembali. Dengan
demikian, guru sudah mampu memberikan materi kepada siswa secara terstruktur.
Hal tersebut karena adanya hasil refleksi pada pembelajaran sebelumnya,
sehingga kekurangan yang dialami selama kegiatan pembelajaran dapat diperbaiki.
Kegiatan awal pada siklus I, berupa relaksasi anggota tubuh melalui teknik
sapaan “hai halo”. Dilanjutkan dengan
memberi pengalaman konkret yang dilakukan guru dengan menunjukkan sebuah buku
kumpulan cerita pendek. Sebelum kegiatan menulis dimulai, guru terlebih dahulu
memberikan apresiasi mengenai konteks pembelajaran dan mengaitkannya dengan
materi sebelumnya. Pada kegiatan ini, guru memberikan ulasan pengetahuan yang
dimiliki siswa agar otak dapat menghubungkan pengetahuan mereka dengan
pengetahuan baru yang akan dipelajari. Kegiatan tersebut merupakan penerapan
dari tahap persiapan bagi pemaparan. Setelah itu, pembelajaran dilanjutkan
dengan melakukan induksi. Induksi dilakukan melalui sebuah lagu berjudul “kasih Ibu”, salah satu indikatornya
adalah siswa mampu memproduksi kata imajinatif. Langkah berikutnya, berupa
afirmasi dengan mengucapkan satu kata berdasarkan pengalaman pribadi mengenai
ilustrasi pada peta gambar. Akhir dari proses pembelajaran siklus I, yaitu
pengaplikasian gagasan ke dalam sebuah tulisan dan setelahnya evaluasi
pengetahuan siswa mengenai unsur-unsur pembangun cerita pendek. Sementara itu,
tahap awal pada pelaksanaan pembelajaran siklus II berupa relaksasi anggota
tubuh melalui teknik sapaan “hai-hai
halo-hai”. Kemudian dilanjutkan pada tahap persiapan dengan memberikan
pengalaman konkret melalui dua buah cerita pendek yang disuguhkan. Setelah itu,
guru memberikan apresiasi mengenai konteks pembelajaran, berupa ulasan
unsur-unsur pembangun cerita pendek dan mengaitkannya dengan peta pemikiran.
Tahap berikutnya adalah tahap pemaparan, guru menyampaikan materi yang terkait
dengan kegiatan mengidentifikasi agar siswa dapat berkonsentrasi pada
pelaksanaan menulis cerita pendek. Setelah itu, siswa menuliskan satu kalimat
atau satu kata pada kerangka peta pemikiran berdasarkan pengalaman pribadinya.
Dilanjutkan dengan pengaplikasian gagasan yang telah diproduksi ke dalam bentuk
tulisan. Usai kegiatan tersebut, guru menggali pemahaman siswa mengenai unsur
intrinsik cerita pendek. Relaksasi dan peregangan anggota tubuh menjadi tahap
akhir dalam kegiatan pembelajaran siklus II. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan, secara tidak langsung mengalihkan dunia seluruh siswa. Artinya,
guru berhasil mencuri perhatian siswa dan mengalihkan dunianya pada satu titik,
yaitu titik konsentrasi.
3.
Berdasarkan hasil pembelajaran
menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran, kemampuan siswa dalam
menulis cerita pendek mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Melalui
proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara bertahap, siswa mampu
menulis cerita pendek berdasarkan kriteria penilaian cerita pendek yang telah
ditentukan dan pengaitan terhadap pengalaman pribadi dengan baik. Tingkat
kemampuan siswa pada setiap siklus mengalami perubahan. Tingkat kemampuan
tertinggi siswa pada siklus I sebesar 75 dan pada siklus II sebesar 95.
Sementara itu, untuk tingkat kemampuan terendah pada siklus I sebesar 45 dan
terjadi pemingkatan pada siklus II sebesar 70. Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan menulis cerita pendek dengan menerapkan teknik peta
pemikiran telah berhasil dilakukan. Hal tersebut, terbukti dari kemampuan
menulis cerita pendek siswa mengalami peningkatan yang ditunjang dengan jurnal
siswa pada setiap siklus dan hasil observasi aktivitas siswa, serta peran guru
dalam menerapkan teknik tersebut di dalam kelas semakin baik dari sebelumnya.
Berdasarkan hasil
penelitian dan kesimpulan yang didapatkan, maka diajukan beberapa saran sebagai
berikut.
1. Dalam pembelajaran menulis
cerita pendek, guru dapat menggunakan teknik peta pemikiran sebagai alternatif
jika ditemukan masalah yang sama dengan penelitian ini.
2. Teknik peta pemikiran terbukti
dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek. Dengan demikian, masih
banyak kemampuan lainnya yang dapat diteliti dengan menerapkan teknik ini,
seperti pada pembelajaran menulis puisi, menulis naskah drama, menulis teks
berita, dan pembelajaran lainnya yang berkaitan dengan menulis.
3.
Peneliti merekomendasikan
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan menulis cerita
pendek siswa pada aspek pengembangan unsur instrinsik dan ketepatan ejaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar